KAMI JUGA MENYEDIAKAN JASA DOKUMENTASI UPACARA NGABEN,
FOR MORE INFO : @ardiyana_sign FOTO INI DIAMBIL SAAT NGABEN IDA BETARA LANGIT DI DESA BUNUTIN, KABUPATEN BANGLI,
Tari Ngurek atau Ngunying di Kesiman Denpasar Timur
ini hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat Bali. Di Pura
Pengerebongan Kesiman misalnya, tradisi menari setengah trance dengan
menggunakan keris, pada zamannya hanya dilakukan oleh para pemangku.
Namun kini orang yang melakukan Ngurek tak lagi dibedakan statusnya –
bisa pemangku, penyungsung pura, anggota krama desa, tokoh masyarakat,
laki-laki dan perempuan. Tapi suasananya tetap, yaitu mereka
melakukannya dalam keadaan kerauhan atau trance. Kendati keris yang
terhunus itu ditancapkan dengan keris di tubuh, tidak setitikpun darah
keluar.
Tidak hanya saat pujawali di Pura, Tari Ngurek juga ter¬dapat dalam
prosesi ngerebong di Pura Petilan Kesiman. Dalam upacara itu, jumlah
orang yang ngayah ngurek sangat banyak ketika prosesi itu berlangsung.
Bedanya, dalam upacara dewa yadnya ngeramen, Ngurek dilakukan oleh para
pemangku dan penyungsung pura. Dalam upacara ngerebong, Ngurek dilakukan
oleh sembarang orang. Siapa saja bisa ikut Tari Ngunying, asalkan
memang mereka betul-betul dalam kondisi kerauhan.
Pengerebongan itu sendiri adalah tradisi yang biasanya diadakan 10 hari
setelah hari raya Kuningan (kalau tidak salah)hehehe. Upacara ini
diadakan di Kesiman, Denpasar atau lebih jelasnya di Pura Petilan.
Upacara ini tergolong dalam upacara Bhuta Yadnya atau pecaruan. Upacara
itu bertujuan untuk mengingatkan umat Hindu melalui media ritual sakral
untuk memelihara keharmonisan hubungan antarmanusia dengan Tuhannya,
antara manusia dengan sesama umat manusia dan dengan alam lingkungannya.
Upacara Pengerebongan diawali dengan upacara Nyanjan dan Nuwur. Tujuan
upacara ini untuk memohon kekuatan suci batara-batari agar turun melalui
pradasar-nya dari para umat. Umumnya para pengusung rangda dan
pepatihnya setelah dilakukan upacara Nyanjan dan Nuwur itu dalam keadaan
kerauhan. Setelah itu semua barong dan rangda serta pepatih yang dalam
keadaan kerauhan tersebut keluar dan mengelilingi areal wantilan pura
tersebut sebanyak 3 kali. Setelah upacara selesai, semuanya akhirnya
kembali ke areal utama pura tersebut.